Tuesday 2 January 2018

Tugas : Etik dan Estetika Wayang


Wayang Kulit Lakon Dumadine Argowijil
Dalam Rangka Perayaan Malam Tahun Baru 2018
Dalang : Sumarno Purbo Carito
Minggu, 31 Desember 2017 pukul 21.00 WIB – selesai
Pasar Ekologis Argowijil,  Desa Gari, Kecamatan Wonosari



Salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu adalah mengidentifikasi nilai Etik dan Estetika dari pertunjukkan wayang.

Apa itu Etik dan Estetika?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Etik adalah Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etik atau Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ethos yang berarti adat kebiasaan tetapi ada yang memakai istilah lain yaitu moral dari bahasa latin yakni jamak dari kata nos yang berarti adat kebiasaan juga. Etika mempersoalkan bagaimana semestinya manusia, mempertimbangkan tentang baik dan buruk suatu hal dan harus berlaku umum.

Sedangkan pengertian estetika adalah cabang filsafat yang menelaah dan membahas tentang seni dan keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya; kepekaan terhadap seni dan keindahan (menurut KBBI). Kata estetika berasal dari kata Yunani aesthesis yang berarti perasaan, selera perasaan atau taste. Sedangkan estetika membahas tentang indah atau tidaknya sesuatu. Tujuan estetika adalah untuk menemukan ukuran yang berlaku umum tentang apa yang indah dan tidak indah itu.




Pada Hari Minggu, tanggal 31 Desember 2017, sebagai perayaan menyambut tahun baru 2018, diadakan pertunjukkan wayang kulit di Pasar Ekologis Argowijil, Desa Gari, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul. Pertunjukkan wayang dengan dalang Sumarno Purbo Carito ini mengangkat lakon tentang “dumadine Argowijil”.

Argowijil sendiri merupakan nama pasar Ekologi di Desa Gari Kecamatan Wonosari yang merupakan hasil upaya reklamasi Gunung Wijil. Nama Pasar Argowijil memiliki arti bahwa Argo dalam bahasa jawa adalah Gunung/ Gunungan, sedangkan wijil itu merupakan sebutan atau penamaan kawasan tersebut. Nama sebutan telah ada sejak dahulu menjadi asal muasal identitas tempat tersebut. Pasar Argowijil dahulunya merupakan sebuah pegunungan, masyarakat sekitar menyebutnya Gunung Wijil.

Pada awalnya Gunung Wijil ditambang oleh masyarakat sekitar untuk bahan material membangun mushola, sekitar tahun 1976-an. Seiring berjalannya waktu penambangan menjadi aktivitas masyarakat sebagai mata pencaharian. Bahan tambang untuk kebutuhan material bangunan seperti bahan pondasi, bahan baku pembuatan gamping dan sebagainya. Selain digunakan untuk kebutuhan penambang/ masyarakat, hasil tambang juga dijual menjadi tumpuan penggerak roda perekonomian pada saat itu. Akan tetapi sumber daya alam tersebut lambat laun makin menipis dan habis ketika terus dimanfaatkan. Gunung Wijil pada mulanya merupakan gunung yang tinggi menjulang, dikawasan gunung banyak pepohonan. Namun karena aktivitas penambangan, lama-lama Gunung Wijil menjadi daratan yang landai, bahkan cekungan dalam.

Nilai Etik dalam pertunjukan Wayang “dumadine Argowijil”

Dalam pertunjukan wayang ini menurut saya ada beberapa nilai etik yang dapat kita petik, diantaranya adalah :
1.      Warga masyarakat di sekitar Gunung Wijil jaman dahulu merupakan masyarakat yang tekun dan rajin dalam beribadah. Hal tersebut ditunjukkan bahwa pada tahun 1976, warga berusaha untuk membangun mushola.
2.      Nilai Gotong Royong juga ditampilkan ketika warga digambarkan sedang bersama-sama menambang bahan material untuk membangun mushola.
3.      Tak lupa nilai gigih, ulet, dalam bekerja. Digambarkan saat itu warga bekerja keras untuk bekerja sebagai penambang material bangunan.
4.      Digambarkan para kepala keluarga bekerja keras untuk menghidupi keluarga mereka dengan bekerja di Gunung Wijil dari pagi hingga sore.
5.      Diantara semua nilai-nilai etik postif / baik, terselip juga nilai etik yang sedikit kurang baik. Salah satunya ditunjukkan ketika warga kurang bijaksana dalam memanfaatkan SDA di Gunung Wijil. Hal tersebut membuat kita refleksi dan berupaya untuk tidak meniru perilaku itu.

Dan masih banyak lagi nilai etik yang bisa dipetik / diambil dari pertunjukkan wayang ini.

Nilai Estetika dalam pertunjukan Wayang “dumadine Argowijil”

Dalam pertunjukan wayang ini menurut saya ada banyak hal yang bisa kita lihat dan kita nikmati nilai estetikanya, diantaranya adalah :
1.      Wayang. Dalam suatu pertunjukkan wayang, wayang nya itu sendiri sudah merupakan memiliki nilai estetika tersendiri. Terbuat dari bahan Kulit, dengan model bentuk warna ornament yang berbeda-beda membuat wayang terlihat indah, menarik, bagus.
2.      Dalang. Tentunya salah satu yang memegang peranan penting dalam pertunjukkan wayang adalah Dalang. Akting suara dari sang dalang merupakan esetetika tersendiri. Begitu dalang mulai narasinya, rasa-rasanya ada daya tarik yang membuat penonton jadi memperhatikan dan mendengarkan. Belum lagi kelincahan para dalan dalam menggerakkan wayang-wayang yang digunakan. Rasanya seperti melihat mereka menari-nari.
3.      Sinden, Penggamel, Gamelan, dan Lagu. Keempat hal ini tidak dapat dipisahkan. Selain menikmati suara dalang, yang tidak boleh ketinggalan lainnya adalah music serta lagu-lagu yang menjadi pengiring pertunjukkan. Suara Indah para Sinden, Keterampilan para Penggamel dalam memainkan Gamelan, serta lagu-lagu Jawa yang bagus digabungkan membentuk satu kesatuan yang begitu indah.
4.      Keseluruhan pertunjukkan wayang itu sendiri adalah Keindahan.

Dan masih banyak lagi nilai estetika yang dapat dinikmati dari pertunjukkan wayang ini.


Refleksi Kuliah #13 dan #14 : Cerita Pak Direktur


Cerita dan Wejangan dari Bapak Direktur PPs UNY
Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu PPS Pendidikan Matematika UNY
Kuliah Pertemuan Ke-Tiga Belas dan Ke-Empat Belas
oleh Prof. Dr. Marsigit MA



Sebelumnya, Kami ucapkan selamat kepada Prof. Dr. Marsigit, M.A yang telah dilantik menjadi DIrektur Program Pascasarjana (PPs) UNY. Semoga Bapak selalu diberikan kekuatan dalam mengemban amanah ini, semoga Allah memudahkan segala urusan maupun segala usaha yang Bapak lakukan demi kemajuan PPs UNY, semoga Bapak sekeluarga selalu diberikan kesehatan. Aamiin..

Selanjutnya, saya pribadi mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Marsigit, M.A yang selama satu semester ini telah berbagi banyak ilmu kepada kami. Telah memfasilitasi kami dengan berbagai media (blog powermathematics.blogspot.co.id dan uny.academia.edu/MarsigitHrd ) agar kami lebih mudah untuk mengakses sumber-sumber belajar, agar kami dapat meningkatkan kapasitas diri, agar kami bisa mengkonstruk pengetahuan kami, dan agar kami terus membaca-membaca-dan membaca.

Pada pertemuan ke 13 dan ke 14 ini, perkuliahan diisi dengan cerita-cerita serta wejangan-wejangan dari Prof Marsigit. Beliau menceritakan tentang tugas-tugas beliau sebagai Direktur. Memberikan nasihat dan wejangan kepada kami (mahasiswa). Salah satu nasihat dari beliau yang sampai saat ini masih terngiang di benak saya adalah (ditulis dalam bahasa saya sendiri)

“kalau kamu dibenci seseorang, gag papa. Yang penting jangan pernah membenci orang lain. Siapa tahu dengan ada yang membenci kamu, itu adalah jalan memperoleh berkah”


Masih banyak pesan-pesan yang diberikan Prof Marsigit kepada kami. Beliau juga mengingatkan para mahasiswa bahwa aturan sekarang, syarat lulus adalah harus mempublikasikan penelitian ke dalam jurnal terindeks scopus. Sehingga beliau menghimbau agar kami mempersiapkan diri mulai dari sekarang. 

Refleksi Kuliah #12 : Peta Filsafat dan Ideologi Pendidikan


Peta Filsafat dan Ideologi Pendidikan
Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu PPS Pendidikan Matematika UNY
Kuliah Pertemuan Ke-Dua Belas
oleh Prof. Dr. Marsigit MA


Pada perkuliahan kali ini, Prof Marsigit menampilkan gambar Peta filsafat dan Ideologi Pendidikan. Dalam peta tersebut terdapat enam jenis pendidikan yang dibandingkan dalam berbagai sudut pandang. Keenam jenis pendidikan tersebut yaitu, pendidikan kapitalisme, pendidikan saintisisme, pendidikan sosialisme, pendidikan spiritualisme, pendidikan demokrasi, dan pendidikan kontemporer Indonesia (Praktek dan Fakta di lapangan). Sedangkan sudut pandang yang digunakan untuk membandingkannya antara lain: filsafat, ideologi, politik, moral, sosial, budaya/karakter, ilmu, epistemologi pendidikan, kurikulum, tujuan pendidikan, teori mengajar, teori belajar, peran guru, kedudukan siswa, teori evaluasi, dan sumber/alat belajar.


Berikut gambaran lengkap dari peta filsafat dan Ideologi yang ditampilkan oleh Prof Marsigit.



Pendidikan Kapitalisme

Pendidikan Saintisisme

Pendidikan Sosialisme

Pendidikan Spiritualisme

Pendidikan Demokrasi
Pendidikan Kontemporer Indonesia
Filsafat
Esensialisme
Realisme
Esistensialisme
Esensialisme
Realisme
Esistensialisme
Esensialisme
Realisme
Esistensialisme
Absolutisme
Esensialisme
Realisme
Esistensialisme
Esensialisme
Realisme
Esistensialisme
Ideologi
Kapitalisme
Liberalisme
Pragmatisme
Utilitarianisme
Materialisme
Kapitalisme
Liberalisme
Pragmatisme
Utilitarianisme
Materialisme
Sosialisme
Komunisme
Komunis
Fundamen-talisme
Demokrasi
Kapitalisme
Liberalisme
Pragmatisme
Utilitarianisme
Materialisme
Politik
Demokrasi-Kapital (Korporasi)
Investasi
Pasar Bebas
Kapital

Investasi

Pasar bebas
Sosialis
Komunis
Proteksi-hegemoni
Demok-Negara
Konservatif
Demokrasi

Nasionalisme
Demokrasi-
Transaksional

Egosentris-Pasar Bebas
Moral
Relatif
Hedonisme
Relatif
Hedonisme
Egosentris
Deontologi
Absolut
Spiritual
Moral
Deontologi
Krisis Multidimensi
Sosial
Alienasi
Multikultur
Global-sistemik-networking
Alienasi
Multikultur
Global-sistemik-networking
Dealienasi
Monokultur
Egaliter
Elitisme
Dealienasi
Monokultur
Egaliter
Elitisme
Alienasi

Multikultur
Primordial
Kolusi
Nepotisme
Korupsi
Local-intrinsic-networking
Budaya/karakter
Pos Modern
Kontemporer
Pos Modern
Kontemporer
Modern
Klasik
Tradisional
Klasik
Modern
Pos Modern
Pos Modern
Konpemporer
Ilmu
Disiplin
Disiplin
Disiplin
Absolut
Kreatif
Interaktif
Aktivitas sosial
Disiplin-Egosentris
Epistemologi pendidikan
Pendidikan Laskar

Indoktrinasi
Pendidikan Laskar

Fenomenologi
Pendidikan Laskar

Indoktrinasi
Pendidikan Laskar

Indoktrinasi
Pendidikan Utk Semua

Fenomenologi
Pendidikan Laskar

Indoktrinasi
Kurikulum
Sbg Instrumen
Negara
Sbg Instrumen
Negara
Sbg Instrumen
Negara
Sbg Instrumen
Sebagai Kebutuhan
Instrumen Egosentris
Tujuan pendidikan
Investasi

Status quo
Investasi

Relatif Absolut
Hegemoni

Egosentris

Status quo
Mono-dualis

Status quo
Pembebasan

Kebutuhan

Reformasi
Investasi

Egosentris

Status quo
Teori mengajar
Berbasis Riset
Behaviorisme
Knowle-Based
Investigasi
Behaviorisme Knowle-Based
Transfer of knowledge
Behaviorisme
Ekspositori

Behaviorisme
Konstruktivis
Interaktif
Trans of know.
Ekspositori
Behaviorisme
Teori belajar
Modeling
Motivasi-Eksternal
Eksplorasi
Motivasi-Eksternal
Modeling
Motivasi-Eksternal
Modeling
Motivasi-spiritual
Otonomi
Motivasi-intern
Konstruktivis
Modeling
Motivasi-eksternal
Peran guru
Think Tank
Pengambang-terkendali
Thinktank

Pelaksana
Think Tank
Pelaksana-terkendali
Model
Pelaksana-terkendali
Fasilitator

Pengembang
Think Tank
Pelaksana-terkendali
Kedudukan siswa
Empty Vessel
Empty Vessel
Empty Vessel
Empty Vessel
Aktor Belajar
Empty Vessel
Teori evaluasi
Eksternal

Ujian Nasional
Eksternal

Ujian Nasional
Eksternal

Ujian Nasioal
Evaluasi-Intrinsik
Penilaian-Berbasis Kelas
Portofolio
Otentik-Asesm
Egosentris-
Eksternal

Ujian Nasional
Sumber/alat belajar
ICT
ICT
Media/Alat Peraga
Tradisional
Kreativitas Guru
Paket Pemerintah